Minggu, 16 Oktober 2011

Tanggung Jawab Lingkungan PT Jamsostek (Persero)

Minggu, 16 Oktober 2011
Beternak sapi menjadi tumpuan hidup yang cukup berhasil bagi sebagian warga Sulang Kidul Desa Patalan Kecamatan Jetis Bantul. Namun gempa tektonik 27 Mei 2006 telah memporak-porandakan usaha tersebut dan sempat memupuskan harapan para peternak.

Saat itu, kekuatan kami benar-benar runtuh dan tak tahu bagaimana untuk bangkit kembali, kata H. Slamet, Ketua Kelompok Peternak Sapi Sidorejo saat mengawali kisahnya pekan lalu di pendapa yang berada di lokasi peternakan yang dibangun PT. Jamsostek (Persero). Ia mengisahkah demikian karena 80 ekor sapi yang menjadi tanggung jawab kelompok dijual semua.

Keputusan itu diambil karena kebutuhan yang mendesak yakni untuk membangun rumah yang runtuh akibat gempa. Selain itu, tutur Slamet, yang menjadi pertimbangan adalah bagaimana bisa melangsungkan kehidupan pasca gempa. Sebab bukan hanya menyangkut kebutuhan sehari-hari, namun juga untuk berobat bagi keluarga yang membutuhkan pertolongan karena luka-luka.

Ditengah kondisi seperti itu, tidak ada sikap yang terbaik selain sabar dan menunggu keajaiban. Ternyata apa yang ditunggu-tunggu Slamet dan warga yang senasib akhirnya datang juga, setelah PT. Jamsostek memberikan bantuan untuk membangun kandang sapi sesuai dengan yang dibutuhkan.

Selain itu, Jamsostek juga memberikan kredit lunak kepada para peternak sebagai mitra binaan. Fajar Raharjo yang menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) Program Khusus (Progsus) PT. Jamsostek (Persero) Cabang DI. Jogyakarta menuturkan, peternak yang masuk dalam mitra binaan secara otomatis adalah sebagai peserta Jamsostek. Mereka itu masuk dalam kepesertaan program Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK), katanya.

Kepala PT. Jamsostek (Persero) cabang DIY, Ninuk Tri Hatmani menuturkan keterlibatan Jamsostek dalam program ini tidak berpikir pada keuntungan semata. Justru yang terpenting adalah bagaimana BUMN yang menjadi tanggung jawabnya di DIY ikut andil dalam gerakan jaminan sosial.

Untuk itu, dalam merealisasikan program ini, Jamsostek tidak hanya memiliki mitra binaan berupa peternak sapi, tetapi juga memiliki mitra binaan lainnya yakni perajin batik, kata Ninuk seraya menambahkan, baik peternak maupun perajin batik dan pekerjanya kini telah masuk dalam program kepesertaan TK-LHK.

Para peternak sapi yang menjadi mitra binaan Jamsostek memperoleh kredit sebesar Rp 7 juta setiap orang. Mereka harus menyelesaikanya dalam waktu tiga tahun dengan bunga 6% flat per tahun. Selain itu, para peternak sebagai peserta program TK-LHK diwajibkan membayar iuran setiap bulannya sebesar Rp 10.400,- untuk program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian.

Melalui program itu, Slamet mengaku dirinya bersama peternak lainnya merasa tertolong. Bahkan lebih dari itu, kami memperoleh keuntungan dan bangkit dari keterpurukan, tuturnya. Disinggung soal ternak yang digelutinya, Slamet menyebutkan, peternak sapi Sidorejo lebih fokus pada pembibitan. Hal ini lebih menguntungkan karena harga per ekor sapi terus mengalami kenaikan.

Misalnya, sapi yang berusia tiga bulan lebih, harganya bisa mencapai Rp 8,5 juta, kata Slamet seraya menyebutkan, dalam beberapa bulan kemudian harga itu bisa naik lagi. Bahkan, untuk sapi yang berusia tiga tahun harganya sampai Rp 12,5 juta.

Kampung ternak sapi di Dusun Sulang Kidul dibangun dengan dana sebesar Rp 169,5 juta dengan dana bantuan dari Jamsostek. Luas kampung ternak menempati tanah kas desa seluas 1,5 hektar dengan populasi 125 ekor sapi dan dimiliki 55 orang peternak. Di area tersebut juga disediakan tempat bersalin untuk sapi, tempat penyimpanan pakan, dan prasarana kamar mandi dan dapur.

Mantan Kepala Jamsostek Wilayah Jateng-DIY, Sarjan Lubis yang kini menjabat sebagai Kepala Biro Humas PT. Jamsostek (Persero) mengatakan, bantuan tersebut sengaja diberikan kepada kelompok peternak sapi Sidorejo karena selama ini mereka dinilai konsisten dalam mengembangkan peternakan.

Berdirinya kampung ternak sapi di Sulang Kidul bukan sekedar bentuk kepedulian Jamsostek terhadap para peternak. Namun, keberadaan dari kampung ternak sapi itu pun menjadi tempat studi banding bagi peminat ternak yang datang dari Bali, Jawa Barat, kalimantan dan daerah lainnya.

Sumber : http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=7

0 komentar:

Posting Komentar